Tampilkan postingan dengan label TUGAS KULIAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TUGAS KULIAH. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Januari 2015

OTITIS PADA HEWAN KECIL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Otitis merupakan inflamasi telinga yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran, tinitus dan vertigo. Inflamasi dapat terjadi di saluran telinga luar (otitis eksterna), telinga tengah (otitis media), dan telinga dalam (otitis interna). Otitis pada telinga luar sering terjadi karena telinga bagian luar lebih sering kontak dengan benda asing, bakteri, jamur, ear mites dan air yang kotor. Otitis dapat ditemukan pada hewan kecil dan hewan besar domestik seperti anjing, kucing, kelinci, ruminansia, kuda, babi, dan unta. Penyakit ini dapat menyerang segala usia. Pada kucing, otitis eksterna sering terjadi. Penyakit ini menyerang 2-10 % dari sejumlah kasus penyakit pada kucing. Sebagian besar kasus otitis disebabkan oleh otodectes.
Penting bagi mahasiswa kedokteran hewan untuk mengetahui studi kasus otitis. Sehingga dalam makalah ini akan dijabarkan perihal otitis pada hewan kecil.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana etiologi dari penyakit Otitis?
2.      Bagaimana patofisiologi dari penyakit Otitis?
3.      Bagaimana cara mendiagnosa penyakit Otitis?
4.      Apa terapi yang digunakan untuk penyakit Otitis?
5.      Bagaimana cara pencegahan penyakit Otitis?

1.3  Tujuan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari penyakit Otitis.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari penyakit Otitis.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui cara mendiagnosa penyakit Otitis.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui terapi yang digunakan untuk penyakit Otitis.
5.      Mahasiswa dapat mengetahui cara pencegahan penyakit Otitis.
  
BAB II
ISI

2.1 Definisi
Otitis merupakan inflamasi telinga yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran, tinitus dan vertigo. Inflamasi dapat terjadi di saluran telinga luar (otitis eksterna), telinga tengah (otitis media), dan telinga dalam (otitis interna).
Otitis eksterna adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan adanya peradangan dari liang telinga luar. Liang telinga luar dimulai dari gendang telinga sampai ke telinga bagian luar. Otitis eksterna umumnya dikenal sebagai Swimmer's ear. Otitis eksterna pada hewan dibedakan berdasarkan kausanya yaitu otitis eksterna parasitik dan otitis eksterna non parasitik. Otitis media adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada telinga tengah. Telinga tengah adalah bagian sebelah dalam dari telinga yang terletak antara gendang telinga dan telinga dalam.
Otitis media dibagi menjadi dua kelas yakni otitis media akut dan kronis. Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga atau gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnya. Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi patologi jaringan irreversible yang disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani.
Gambar 1. Anatomi telinga anjing

2.2 Etiologi
Secara umum, penyebab otitis eksterna pada hewan dibedakan menjadi tiga kategori yakni dasar (parasit, fungi, dermatofit, virus, dsb), rentan (virus immunosupresan, penyakit sistemik), habitual (bakteri opportunistik). Sumber lain mengatakan bahwa otitis eksterna parasitik disebabkan oleh Otodectes sp, sarcoptes, demodex, dan notoedres dengan infeksi sekunder. Otitis eksterna non parasitik disebabkan Pseudomonas (41%), Streptokokus (22%), Stafilokokus aureus (15%) dan Bakteroides (11%) Proteus spp, Pseudomonas sp, Candida spp, Pitycosporum dan benda asing.
Selain itu faktor predisposisi lain dari otitis yakni:
a.       Kotoran
b.      Bulu-bulu yang terlalu berlebihan dalam telinga anjing akan membuat anjing lebih rentan untuk mengalami infeksi dan radang telinga. Hal ini akibat dari aliran udara yang berkurang. Kurangnya sirkulasi udara menciptakan lingkungan yang hangat dan lembab, sebagai tempat untuk pertumbuhan kuman penyakit.
c.       Jamur yang seringkali menjadi penyebab infeksi telinga anjing adalah Malassezia pachydermatis. Disisi yang berbeda, infeksi telinga pada anjing akibat bakteri biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus intermedius dan Pseudomonas aeruginosa.
d.      Alergi makanan dan alergi yang disebabkan oleh kutu dapat menyebabkan infeksi telinga kronis pada anjing. Penyebab lain dari infeksi telinga pada anjing adalah pertumbuhan tungau telinga infeksi telinga kronis juga dapat terkait dengan hipotiroidisme.
e.       Infeksi telinga anjing juga dapat disebabkan oleh sekresi berlebihan dan penumpukan kotoran telinga. Anjing yang suka berenang lebih rentan untuk menderita infeksi telinga, karena air dapat memberikan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.

2.3 Gejala Klinis
Gejala klinis yang ditunjukkan oleh penderita ostitis yakni:
a.       telinga terlihat tidak nyaman dan sering kali menggoyang/menggeleng-gelengkan kepala, mencakar-cakar telinga atau menggosok-gosokkan telinga/kepala pada dinding, atau benda lain.
b.      muncul cairan kotor dan kadang-kadang disertai bau tidak sedap dari dalam telinga.
c.       Cakaran atau goyangan kepala yang terus menerus dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan hematoma (aural hematoma/ otematom) sehingga telinga menjadi bengkak, terasa hangat bila diraba dan ada penumpukan cairan di bawah kulit telinga.
d.      infeksi telinga mempengaruhi mata
e.       Lebih lanjut, otitis dapat berkembang lebih parah dan mempengaruhi syaraf pendengaran dan syaraf lainnya. Tanda-tanda lain yang dapat terlihat bisa berupa posisi kepala atau wajah yang selalu miring-miring dan tidak mampu berjalan mengikuti garis lurus.
f.       Tumor/polip dapat saja tumbuh di telinga atau saluran telinga. Tumor/polip ini bisa muncul sebagai akibat infeksi telinga yang berkepanjangan

2.4  Diagnosa
Metoda yang paling sering dan mudah digunakan adalah memeriksa telinga dengan menggunakan alat yang disebut otoskop. Dengan alat ini dokter hewan dapat melihat keadaan telinga  bagian luar dan tengah termasuk saluran telinga. Tes lain yakni dengan cara mengambil kotoran di dalam telinga, kemudian diperiksa menggunakan mikroskop. Dari kotoran tersebut di diketahui kondisi dan penyebab radang telinga. Pemeriksaan darah di laboratorium kadang-kadang diperlukan untuk mendiagnosa otitis yang disebabkan gangguan hormon.

2.5  Patogenesis
a.      Otitsi eksterna
Anatomi telinga kucing yang berlekuk atau karena sisa cotton bud saat pembersihan menyebabkan timbunan air masuk kedalam telinga ketika hewan peliharaan dimandikan (grooming). Kemudian kulit disekitar telingan akan menjadi basah, lembab, hangat dan gelap. Berkurangnya lapisan protektif juga bisa menimbulkan oedema epitel skuamosa. Akhirnya dihasilkan cairan eksudat dan inflamasi pada telinga sehingga timbul keinginan hewan untuk menggaruk karena gatal yang ditimbulkan. Rasa gatal tersebut memicu terjadinya iritasi, berlanjut ke infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Keadaan trauma lokal ini dapat mendukung pertumbuhan parasit seperti bakteri, parasit, jamur dan virus.
Berlangsungnya masa infeksi dapat menyebabkan perubahan suhu yang signifikan pada kucing dan mengakibatkan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan pus yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran gelombang suara menjadi terhambat dan terjadilah penurunan desibel suara.
Gambar 2. Otitis eksterna pada kucing

b.      otitis media interna
Salah satu patogenesis dari otitis media interna ialah otitis media supuratif kronik dimana patogenesisnya belum diketahui secara terperinci, namun dalam hal ini merupakan stadiumm kronis dari otitis media akut dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus dari telinga. Perforasi sekunder dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dari pada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kekambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan dan pembentukkan jaringan parut.
Secara umum gambaran yang ditemukan pada otitis media supuratif kronik ialah adanya perforasi membrana timpani di bagian sentral. Ukurannya dapat bervariasi. Dalam proses penyembuhan dapat terjadi penumbuhan epitel skuamosa ke dalam telinga tengah. Pertumbuhan keadaan ini dapat menutupi tempat perforasi saja atau dapat mengisi seluruh cavum telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan dapat mengakibatkan pembentukkan kolesteatom secara sekunder. Dapat pula terjadi terjadi pembentukkan membrana timpani atrifik dua lapis tanpa unsur jaringan ikat. Membrana ini cepat rusak pada periode infeksi aktif.
Bervariasinya mukosa sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang, akan tampak normal kecuali bila infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa menjadi epitel transisional. Selama infeksi aktif, mukosa menjadi tebal dan hiperemis serta menghasilkan mukopurulen. Seusai pengobatan, penebalam mukosa dan sekret mukoid menjadi menetap dikarenakan disfungsia tuba eustachius. Faktor alergi  dapat menjadikan perubahan mukosa secara menetap.
Tulang-tulang pendengaran dapat menjadi rusak atau tidak bergantung pada beratnya infeksi sebelumnya. Processus longsu inkus telah mengalami nekrosis karena penyakit trombotik pada pembuluh darah mukosa yang mendarahi inkus ini. nekrosis ini jarang ditemukan pada maleus dan stapes, kecuali jika terjadi pertumbuhan skuamosa secara sekunder ke arah ke dalam sehingga arkus stapes dan lengan maleus dapat rusak. Proses ini bukan disebabkan oleh osteomielitis tetapi disebabkan oleh terbentuknya enzim osteolitik atau kolagenase dalam jaringan ikat subepitel.
Gambar 3. Otitis media
  
2.6 Pengobatan
Pengobatan terhadap otitits baik otitis media/interna serta otitis eksterna menurut Moriello (2013) adalah sebagai berikut:
a.      Otitis Media/Interna
Pengobatan otitis media ataupun interna akan berhasil apabila dilakukan sejak dini. Kasus otitis yang bersifat kronis akan mengakibatkan sulitnya pengobatan atau akan kambuh kembali setelah pengobatan dilakukan dan hewan sudah tidak menunjukkan gejala klinis. Ketika otitis eksterna terjadi disertai otitis media / interna, harus dilakukan pemeriksaan ketat terhadap adanya tungau ataupun benda asing lainnya pada telinga, seperti adanya kotoran ataupun discharge yang disebabkan oleh bakteri. Banyak bakteri aerob dan anaerob telah dikultur dari telinga hewan penderita otitis media / interna atau akibat adanya infeksi yang disebabkan oleh Malassezia spp dan Pseudomonas spp (pada hewan kecil); Streptococcus suis (pada babi); Streptococcus spp (pada kuda); Mycoplasma spp (pada kambing); dan Mannheimia haemolytica, Pasteurella multocida, Histophilus somni, dan Mycoplasma bovis (pada sapi). Selain itu, beberapa patogen lainnya yang dapat ditemukan dari kultur otitis misalhnya baketri-bakteri coliform, Staphylococcus spp, Neisseria spp, corynebacteria, dan Arcanobacterium pyogenes . Isolasi bakteri patogen atau tungau dari telinga dapat membantu pengobatan di awal infeksi.
Tungau (jika terdapat) harus ditangani dengan agen antiparasit sistemik yang sesuai. Acaricides topikal dapat diberikan ke dalam sal;uran telinga luar setelah (teinga luar) dibersihkan. Infeksi bakteri harus diobati menggunakan  antimikroba sistemik ang sesuai berdasarkan hasil kultur dan kepekaan mikroba.Jika membran timpani masih utuh, kultur dapat didapatkan dengan melakukan insisi myringotomy menggunakan kateter. Aspirasi cairan telinga dapat dilakukan, namun apabila tidak mungkin, dapat dilakukan dengan cara memberikan 0,2 mL air steril ke dalam bulla, selanjutnya cairan diambil kembali untuk dikultur.
Selain terapi menggunaka antimikroba dan / atau anthelmintik, saluran telinga eksternal harus dibersihkan dan di-flush jika terjadi otorrhea atau otitis eksterna; saline fisiologis atau larutan antiseptik seperti iodine, chlorhexidine, atau hidrogen peroksida, dapat digunakan untuk flushing. Steroid atau NSAID dapat membantu mengurangi peradangan dan rasa sakit yang terkait dengan otitis media / interna. Ulserasi kornea, hematoma aural, dan infeksi yang terjadi secara bersamaan dengan otitis juga harus diobati dengan tepat, Selain itu hewan harus dihindarkan untuk melakukan self-injury (misalnya menggaruk yang berlebihan).
Jika pengobatan menggunakan antimikroba, antihelmintik dan antiinflamasi tidak menunjukkan hasil yang baik, myringotomy (perforasi membran timpani) dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan dan memungkinkan kultur dan drainase cairan dari rongga timpani. Dalam kasus-kasus kronis, diperlukan osteotomy bula atau ablasi kanal telinga total untuk membuat drainase yang memadai dan memungkinkan lavage yang efektif. Tabung tympanostomy dapat ditanamkan ke dalam membran timpani setelah myringotomy untuk memungkinkan drainase yang berkelanjutan.
Diagnosis dan pengobatan otitis media / interna dini dapat mengakibatkan resolusi lengkap dari infeksi dan tanda-tanda klinis. Namun, dengan kasus yang parah, kronis, atau tidak responsif, harus diperhatikan adanya defisit neurologis dan gangguan pendengaran dapat bertahan bahkan jika infeksi teratasi. Pada hewan kecil, otitis media dapat diterapi hanya dengan operasi (abalation saluran telinga total), terutama jika bakteri resisten yang menginfeksi
b.      Otitis Eksterna
Pengobatan dapat diawali dengan melakukan anamnesa untuk mengetahui penyebab terjadinya otitis eksterna untuk menentukan apakah pengobatan, penyebab primer, sekunder, maupun faktor predisposisi perlu diperhatikan (diidentifikasi, dan diobati). Pengobatan terhadap nyeri atau pruritus yang ditimbulkan harus disertakan dalam serangkaian pengobatan pada tahap awal. Tramadol dapat diberikan pada 5 – 7 hari pertama dengan dosis 5 mg / kg (PO, tid) akan cukup membantu. Selain itu, otitis eksterna adalah salah satu kondisi dermatologi sehingga dalam hal ini glukokortikoid digunakan secara bersamaan dengan antimikroba. Glukokortikoid menurunkan pembengkakan pada saluran telinga dan dapat menjadi salah satu kunci keberhasilan pengobatan. Prednison atau triamcinolone paling sering digunakan. Jangka waktu tergantung pada berat hewan penderita. Kebersihan telinga merupakan satu hal yang cukup penting; khususnya, rambut dari daerah pra dan periauricular harus dipotong, serta rambut dari permukaan pinnae dalam. Hal ini akan memudahkan pembersihan dan pengobatan pada telinga.
Pengobatan yang efektif adalah dengan terapi antimikroba baik topikal maupun sistemik, bersama dengan pereda nyeri dan glukokortikoid. Lamanya pengobatan bervariasi dari 7-10 hari hingga lebih dari 30 hari, tergantung pada diagnosis. Dalam pengobatan otitis externa akut (karena bakteri), agen antibakteri dalam kombinasi dengan kortikosteroid dapat mengurangi eksudasi, nyeri, bengkak, dan sekresi kelenjar.
Terapi sistemik harus dilakukan pada kasus otitis eksterna, terutama apabila diduga terjadi otitis media. Kegagalan terapi menggunakan antimikroba sistemik merupakan penyebab penting penyakit telinga kronis pada anjing. Antibiotik sistemik harus digunakan apabila neutrofil atau bakteri nbentuk batang (bacil) ditemukan pada hasil pemeriksaan sitologi, dalam kasus kegagalan terapi dengan agen antimikroba topikal, infeksi telinga berulang (bersifat kronis), dan dalam semua kasus otitis media. Infeksi jamur pada anjing dapat diobati dengan ketoconazole 5 mg / kg / hari (PO) selama 15 – 30 hari. Ketoconazole tidak boleh digunakan pada kucing; itrakonazol 2 – 3 mg / kg / hari selama 15 – 30 hari.
Jangka waktu pengobatan bervariasi tergantung pada kasus yang terjadi pada msing-masing individu, tetapi harus dilakukan terus s infeksi teratasi berdasarkan pemeriksaan ulang sitologi serta hasil kultur. Hewan dengan infeksi bakteri dan jamur harus diperiksa secara fisik, dengan dievaluasi mengguanakan pengujian sitologi setiap minggu sampai tidak ada bukti adanya infeksi. Untuk kasus yang paling akut, terapi memerlukan waktu 2 – 4 minggu. Kasus kronis memerlukan waktu berbulan-bulan untuk menyembuhkan secara total, dan dalam beberapa kasus, terapi harus dilanjutkan tanpa batas.
Methicillin-resistant Staphylococcus intermedius dan Pseudomonas otitis (disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa) adalah penyebab otitis yang sulit untuk dihilangkan karena perkembangan resistensi terhadap antibiotik yang palng umum digunakan. Infeksi sering bersifat kronis dalam sebagian besar kasus yang terjadi (labih dari 2 bulan) dan ditandai dengan eksudasi supuratif, ulserasi epitel yang cukup parah, nyeri, dan edema dari kanal. Keberhasilan pengobatan cukup bervariasi dan harus mencakup langkah-langkah berikut: 1) mengidentifikasi penyebab utama dari otitis dan mengelolanya, 2) menghapus eksudat melalui irigasi dari saluran telinga, 3) mengidentifikasi dan mengobati otitis media secara bersamaan, 4) memilih antibiotik yang sesuai berdasarkan hasil kultur dengan tujuan menghambat perkembangan organisme dan menggunakannya pada dosis yang efektif serta durasi yang tepat, dan 5) memberikan pengobatan secara topikal dan sistemik sampai infeksi berhasil dihilangkan secara total (minggu hingga bulan).
Pengobatan terbaik otitis kronis adalah dengan melakukan pencegahan. Selain mengidentifikasi penyebab otitis akut, obat sistemik dan/atau topikal harus dipilih berdasarkan hasil pemeriksaan sitologi atau kultur; obat yang digunakan harus berspektrum sempit dan spesifik. Aminoglikosida dan antibiotik fluorokuinolon tidak boleh digunakan kecuali benar-benar diperlukan. Akan tetapi, banyaknya produk topikal yang mengandung kombinasi glukokortikoid, antibiotik, dan obat antijamur, sangat penting untuk mendidik pemilik mengenai penggunaan yang tepat (frekuensi dan durasi). Polimiksin B dan antibiotik fluorokuinolon telah menunjukkan keberhasilan terbaik dalam mengendalikan infeksi Pseudomonas dalam kasus di mana resistensi telah diidentifikasi melalui kultur. Namun, resistensi berkembang untuk fluoroquinolones.

2.7 Prognosis
Prognosis pada kasus otitis eksterna maupun media/interna cukup baik, akan tetapi prognosis  bergantung pada penyebab pasti terjadinya otitis. Pada sebagian besar kasus, otitis biasanya memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan pengobatan secara rutin. Kasus kronis biasanya membutuhkan perawatan untuk mengatasi sepenuhnya. Dengan diagnosa penyakit yang tepat, pembersihan telinga secara rutin dan pengobatan yang tepat dan segera, dalam waktu 2 minggu sebagian besar kasus infeksi telinga dapat sembuh dan kembali seperti semula. Beberapa kasus otitis yang disebabkan oleh alergi, gangguan hormon atau sistem kekebalan tubuh, lebih sulit ditangani dan memerlukan waktu agak lama untuk mendiagnosanya. Jika infeksi telah berlangsung lama dan parah, ada kemungkinan  kemampuan pendengaran kucing tidak dapat kembali seperti semula.

2.8 Pencegahan
Pencegahan baik otitis media/interna amupun otitis eksterna dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan telinga, apabila diperlukan dapat dilakukan pemotongan rambut area telinga untuk memudahkan membersihkan telinga serta untuk menghindari adanya tungau yang bersarang pada telinga. Selain itu kebersihan area kandang juga perlu diperhatikan agar kemungkinan adanya mikrooprganisme atau benda-benda yang dapat menembus teling dan menyebabkan otitis.

BAB III
STUDI KASUS

Seekor kucing dibawa pemiliknya ke klinik dengan keluhan sering menggaruk telinga dan muncul cairan busuk dari lubang telinga. Gejala klinis yang ditemui yakni kucing sering menggelengkan kepala, memiringkan kepala, dan telinga terlihat bengkak. Selain itu jika diraba pada pangkal telinga, kucing akan marah. Dokter hewan mendiagnosa otitis.
  
DAFTAR PUSTAKA

Ainul M. 1998. Tesis Faktor Predisposisi yang Mempengaruhi Kejadian Omsk Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi. FK USU, Medan.
Degi, J. 2007. Otitis Externa In Cats-Epidemiologycal Study. Lucrări stiinłifice medicină veterinară vol. Xl: Timisoara
Moriello, Karen A. 2013. Overview of Otitis Media and Interna. Di unduh dari http://www.merckmanuals.com/vet/eye_and_ear/otitis_media_and_interna/overview_of_otitis_media_and_interna.html  tanggal 14 Oktober 2014
Robert. 2010. Feline Otitis: Diagnosis and Treatment. Auburn University
Roxana. 2007. Epidemiological studies of otitis externa at Carnivores. Lucrări stiinłifice medicină veterinară vol. Xl: Timisoara



LAMPIRAN PERTANYAAN DAN JAWABAN

  1. Pertanyaan:
1.      Muh. Husni Rifai
Mitos atau Fakta, ear Treameng dapat menghindari Otitis?
2.      Eka Nora Vitaloka
Bagaimana otitis dapat mempengaruhi mata? Kapan terjadinya?
3.      Veronika Julie
Apa spesies yang biasa menyerang?
Bagaiman bisa menyebabkan vertigo?

B.     Jawaban

1.      Fakta, Manfaat dari tindakan ear trimming selain untuk kosmetika, terapi pasca kecelakaan, tumor, dan lesi adalah untuk mengurangi tingkat penderitaan pada hewan dari infeksi saluran pendengaran. Dengan ear trimming, telinga hewan dapat dibentuk agar tidak menutup lubang telinga sehingga terjaga kebersihan (mudah dibersihkan) dan terjaga kelembabannya.
2.     

Gambar 1. Infeksi telinga yang mempengaruhi mata
Adanya komplikasi polip atau inflamasi yang parah dapat menekan bagian otak lainnya, yaitu saraf wajah (saraf trigeminal yang menghubungkan mata, mulut dan rahang). Selain itu, otitis dapat berkembang lebih parah dan mempengaruhi syaraf pendengaran (auditori) dan syaraf lainnya termasuk syaraf yang mempengaruhi mata (optik, okulomotor, troklear) karena letaknya yang berdekatan di otak. Alasan lain yakni penyebab otitis yang dapat menjalar pada mata (virus, bakteri, fungal, alergen) sehingga terjadi inflamasi mukosa mata.

3.      Spesies yang biasa menyerang otitis eksterna parasitik yaitu Malassezia spp dan Pseudomonas spp (pada hewan kecil); Streptococcus suis (pada babi); Streptococcus spp (pada kuda); Mycoplasma spp (pada kambing); dan Mannheimia haemolytica, Pasteurella multocida, Histophilus somni, dan Mycoplasma bovis (pada sapi). Selain itu, patogen lain yang dapat ditemukan pada kultur otitis adalah bakteri coliform, Staphylococcus spp, Neisseria spp, corynebacteria, dan Arcanobacterium pyogenes

Gambar 2. Posisi kepala miring karena salah satu telinga mengalami infeksi
Otitis dapat berkembang lebih parah dan mempengaruhi syaraf pendengaran dan syaraf lainnya. Tanda-tanda lain yang dapat terlihat bisa berupa posisi kepala atau wajah yang selalu miring-miring dan tidak mampu berjalan mengikuti garis lurus. Adanya serangan vertigo (perasaan berputar) mendadak adalah akibat peradangan pada saraf yang menuju ke kanalis semisirkularis. Hal ini karena otitis akan menyebabkan komplikasi labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)

Senin, 10 November 2014

FEATURE


MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
Dosen : Dany Ardhian, S.Pd, M.Hum

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 
            Feature sering dipandang sebelah mata, ditempatkan sebagai tambahan pada halaman media masa. Feature dianggap sebagai berita ringan dan dianggap tidak penting. Hal ini karena sebagian jurnalis menulis Feature secara asal-asalan dengan dukungan data seadanya, tanpa analisis, pengembangan konteks dan latar belakang. Feature benar-benar menjadi sebuah berita yang tidak begitu diperhatikan karena hanya berbicara pada aras permukaan, tanpa kedalaman, tanpa alur dan narasi. Tidak mengherankan bila kemudian feature yang demikian ini sewaktu-waktu bisa digusur oleh jenis berita lain atau bahkan oleh sepotong iklan.
            Di sisi lain, feature menjadi alat penting bagi surat kabar untuk bersaing dengan media elektronika. Lihat saja sejumlah media lokal di Jawa Timur seperti Jawa Pos, Surya, dan Surabaya News. Setiap hari para redaktur menurunkan tulisan feature. Feature menyajikan sisi berbeda terhadap berita rutin yang selalu mengisi kolom media. Jenis tulisan ini dapat membuat pembaca tertawa, sedih, marah, bahkan menangis haru.
            Feature adalah tulisan hasil reportase (peliputan) mengenai suatu objek atau peristiwa yang bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan, serta menggugah simpati atau empati pembaca. Penulisan ini tidak terikat oleh 5W + 1H dan tidak terikat waktu. Berbeda dengan berita langsung, Feature dipandang tidak harus sesegera mungkin disampaikan kepada pembaca.
Penulisan feature itu lebih santai dan fleksibel. Selain itu, feature lebih bersifat subyektif (tersirat opini atau sudut pandang penulis) sehingga opini itu tersamar dalam pelukisan suasana, penggunaan contoh-contoh, serta penyertaan narasumber pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. Oleh karena itu, sesungguhnya feature merupakan sebuah cerita faktual, tetapi bukan cerita fiksi. Makalah ini akan menjelaskan mengenai pengertian, fungsi, ciri-ciri, sifat, jenis, struktur, cara menulis feature, contoh feature serta analisa feature.


BAB 2. ISI

2.1 Pengertian
            Feature adalah informasi yang dianggap penting dan menarik, tentang suatu kejadian yang menyangkut manusia, benda, atau keduanya. Kejadian itu baru, sedang atau akan terjadi, serta dianggap perlu untuk disampaikan kepada pembaca. Berbeda dengan berita langsung, berita kisah dipandang tidak harus sesegera mungkin disampaikan kepada pembaca. Berita kisah lebih bertujuan untuk menjelaskan duduk perkara kejadian itu lebih rinci (Pasaribu, 1995).
            Menurut Asep (2013) Feature merupakan  bentuk tulisan yang dalam dan enak untuk disimak. Kisahnya deskriptif sehingga bisa membangkitkan bayangan-bayangan kejadian yang sesungguhnya kepada pembaca. Feature bukan karya fiksi, tapi karya jusnalistik, sehingga featur harus memiliki satu makna, tidak seperti karya sastra yang maknanya tergantung pada pembaca. Feature juga disebut karya “sastra jurnalistik” karena sangat bertumpu pada kekuatan deskripsi yakni mampu mengambarkan situasi dan suasana secara rinci, hidup, berkeringat (basah), beraroma, membuka pintu akal, membetot perhatian, meremas perasaan, sehingga imajinasi pembaca terbawa ke tempat peristiwa.

2.2 Fungsi
            Feature memiliki fungsi antara lain:
a.    Melengkapi sajian berita langsung (straight news).
b.    Pemberi informasi tentang suatu situasi atau peristiwa yang terjadi.
c.    Penghibur dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan.
d.   Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa.
e.    Sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi khalayak.

2.3 Ciri-ciri
            Feature memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Mengandung segi human interest
Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi atau menghibur, memunculkan empati dan keharuan (menyentuh rasa manusiawi).
b. Mengandung unsur sastra
Satu hal penting dalam sebuah feature adalah mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen atau novel (bacaan ringan dan menyenangkan) namun tetap informatif dan faktual. Oleh karena itu, seorang penulis feature pada prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita.
c. Lengkap
Sebuah feature disebut lengkap bila menyatukan bagian-bagian fakta dari suatu peristiwa, dan memadukan jalan pikiran penulisnya dalam bagian pendahuluan, rincian atau uraian , dan kesimpulan atau penutup (punch).
d. Melawan Kebasian (Tahan Lama)
Feature dapat menjadi alat ampuh melawan kebasian berita. Berita hanya berumur 24 jam. Feature membuat sebuah berita menjadi menarik kembali dan tetap aktual.
e. Nonfiksi
Feature merupakan pengungkapan fakta-fakta yang dirangkai menjadi satu kesatuan dan memebrikan gambaran yang jelas dan utuh kepada pembaca mengenai suatu peristiwa atau suatu objek.
f.     Bagian dari Media Massa
Sebuah feature harus disajikan dalam media massa, baik cetak (surat kabar, majalah dan buletin) maupun elektronik (televisi, radio, web dan blog)
g.    Panjang tak Tentu
Belum ada ketentuan mengenai panjang pendeknya sebuah feature, sehingga tulisan feature sangat bervariasi tergantung penulisnya. Panjang pendeknya sebuah feature tergantung pada penting tidaknya peristiwa, menariknya aspek yang diungkap, dan bagaimana penulis berusaha mewarnai feature sehingga memikat dari awal sampai akhir.

2.4 Sifat-sifat Feature
a. Kreatif
Feature membutuhkan kreativitas penulis dalam mencari objek tulisan yang khas, kadang-kadang berupa peristiwa biasa yang belum pernah atau jarang terungkap.
b. Variatif
Sebuah feature ditulis dengan gaya penulisan yang variatif dan mampu membangkitkan imajinasi pembacanya. Diksi atau pilihan kata, komposisi atau rangkaian kata-kata, kalimat dan paragrafnya, dari fakta-fakta yang diperoleh ditulis tidak monoton, hidup dan variatif.
c. Subjektif
Feature bersifat subyektif. Yakni sangat tergantung sudut pandang, wawasan, intelektual, ketrampilan, dan karakter penulisnya.
d. Informatif
Feature membantu pembaca dengan memperjelas suatu keadaan untuk merasakan gambaran dari suaru kejadian. Nilai informatif feature berbeda dengan berita langsung.

2.5 Jenis jenis Feature
a.    Feature profil/tokoh/biografi
            Kisah seorang tokoh, sekelompok orang atau lembaga , sepak terjang, motivasi, pandangan, wawasan serta kerangka berfikirnya. Biasanya terkait dengan suatu peristiwa yang dilakukan/melibatkan sang tokoh. Contoh: Titah Sang Walikota.
b.    Feature sejarah
Mengungkap apa yang pernah terjadi di masa silam. Ditulis dengan cantolan berita masa kini atau kebaruan. Contoh: Kena Lumpur Lapindo, Puluhan Warga Mengungsi Lagi. 
c.    Feature perjalanan/petualangan
Kejadian unik dan menarik seseorang, sekelompok orang atau lembaga, baik dalam perjalanan, ekpedisi, percobaan, kecelakaan, dan sebagainya. Contoh: Ada Pelanggaran Sepeda Motor, Tukang Ojek Pun Bandel Lewat Trotoar.
d.   Feature terkait peristiwa musiman
Mengisahkan aspek dari suatu peristiwa rutin, musiman (lebaran, natal, tujuh belasan, dan lain-lain). Contoh: Libur Natal dan Tahun Baru, Penumpang KAI Diprediksi Meningkat 4 persen.  

e.    Feature penjelasan/latar belakang 
Menjelaskan latar belakang suatu peristiwa yang baru terjadi dan sudah diberitakan. Contohnya : Pengunduran Andi Malarangeng, Bupati Garut.
f.     Feature kiat Keahlian/Keterampilan (Bagaimana cara melakukan sesuatu)
Memaparkan kepada pembaca bagaimana sesuatu itu dilakukan atau dibuat. Misalnya : cara membuat layangan, cara downloada ringtone, resep makanan, merawat mesin motor. Isinya tips-tips. Contoh: Teknik Rias Wajah agar Hidung Lebih Mancung.
g.    Feature Kemanusiaan
Mengisahkan kejadian yang menyentuh perasan tentang orang, kejadian, dll. Membuat pembaca merenung dan mendapat hikmah/pembelajaran  atau inspirasi. Misalnya: Relawan yang dikirim ke Palestina, Perjuangan mbah Daus, Para Penggali Emas di Pongkor.
h.    Feature tentang mode/tren
Mengungkapkan kisah gaya hidup atau kebiasaan manusia yang berubah. Misalnya: tren  bersepeda ke sekolah, tren punya ponsel lebih dari satu, tren pacaran yang meresahkan, kontes hijabers, dan lain-lain. Contoh: Alasan Mengapa Patah Hati Sebabkan Rambut Rontok dan Malas Makan. 
i.      Feature Ilmiah (Science report)
Feature mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan, menggunakan data dan informasi yang memadai. Feature ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimuat di majalah teknik, komputer, pertanian, kesehatan, kedokteran, dll. Bahkan surat kabar pun sekarang memberi rubrik Science Feature. Contoh: Menguak Tabir Awan.

2.6 Struktur dan Cara Menulis Feature
Sebagian besar penulis feature tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena penulis memahami  bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Akan tetapi apabila terdapat aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu.
Struktur tulisan feature disusun seperti kerucut terbalik yang terdiri dari lead, jembatan di antara lead dan tubuh, tubuh tulisan dan penutup. Bagian atasnya berupa lapisan lead dan jembatan yang sama penting, dan bagian tengahnya berupa tubuh tulisan yang makin ke bawah makin tidak begitu penting. Bagian bawahnya berupa alenia penutup yang bulat.
a.        Lead (teaser)
Kunci penulisan feature yang baik terletak pada paragraf pertama, yaitu lead (penarik perhatian). Mencoba menangkap minat pembaca tanpa lead yang baik sama dengan menangkap ikan tanpa umpan. Lead feature berisi hal yang paling penting untuk mengarahkan perhatian pembaca pada suatu hal yang akan dijadikan sudut pandang dimulainya penulisan. Beberapa contoh lead Menurut Pasaribu (2011), yakni:
a)      Lead Ringkasan
Awal kalimat dengan menggunakan sebuah fakta yang berupa sebuah kesimpulan dari sebuah rangkaian peristiwa. Contoh: “Ini satu lagi kasus peninggalan orde-baru, yang mampu menyayat-nyayat hati rakyat Aceh, DOM…!”.
b)      Lead Bercerita
Lead ini paling disukai penulis fiksi, novel atau cerita pendek. Tekniknya adalah dengan menciptakan suatu suasana dan membiarkan pendengar menjdi tokoh utama. Hasilnya pendengar akan merasa kehausan bila cerita kita menyajikan tentang seseorang yang tengah kehausan di padang pasir, atau suasana seram ketika kita bercerita tentang sesuatu yang menakutkan.
Contoh : “Bau amis darah masih membekas disetiap sudut bangunan yang kini tinggal puing-puing, sementara asap masih mengepul dari bongkahan kayu dan bata, runtuhan gedung hotel yang habis dilalap si jago api tadi malam”.
c)      Lead Deskriptif
Menciptakan gambar dalam pikiran pendengar atau mampu membangkitkan Theatre of mind, suatu tokoh. Lead ini cocok untuk feature yang menampilkan profil/human interest. Contoh: “Wajah obama bin laden, sama sekali tidak mengesankan bahwa ialah orang nomor satu incaran dari berbagai Negara”.
d)     Lead Pertanyaan
Salah satu sifat yang dimiliki manusia adalah keinginan untuk mengetahui segala sesuatu dengan bertanya. Inilah yang membuat teras pertanyaan ini menarik. Teras pertanyaan biasanya bernada skeptis, mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang telah diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Teras ini merangsang keingintahuan pembaca dengan menyodorkan pertanyaan kreatif, menggelitik, merangsang rasa ingin tahu pembaca. Contoh: “Benarkah krisis betul-betul mendera segala lapisan masyarakat? Indonesia disebut mengalami krisis namun mobil-mobil keluaran terbaru selalu laris manis”.
e)      Lead Perbandingan                                                                                         Model ini berbentuk perbandingan. Penulis membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Obyek perbandingan penulis bisa manusia, tempat, suasana hati, karakteristik dan seterusnya. Contoh: “Sepuluh tahun lalu kota yang dikelilingi bukit-bukit dan seakan dipangku oleh sebuah gunung itu terasa sejuk. Udaranya segar sekali. Pohon-pohon besar, dan hutan lindung yang mengelilinginya membuat hujan sangat sering datang menyambangi. Kini, tatkala pabrik-pabrik merambah, tatkala alat-alat transportasi penduduk berseliweran memadati jalan-jalan kota yang dulu cukup lengang, cuaca di kota itu pun berubah total: panas menyengat, membuat gerah warganya”.
f)       Lead Kutipan                                                                                                              Kutipan yang bermakna dan pendek bisa membuat teras menarik, terutama kutipan orang yang terkenal atau kata-kata bijak. Kutipan yang dipakai biasanya berupa pernyataan yang tidak lazim, memotivasi, kontroversial, atau mengundang tanya. Contoh: "Beri aku 10 pemuda, karena dengan mereka aku akan mengguncangkan dunia." Demikian penggalan pidato yang pernah dilontarkan oleh Soekarno untuk menggugah semangat pemuda-pemudi negeri ini sekaligus menunjukkan bagaimana pentingnya peran pemuda dalam mengubah peradaban dunia.
g)      Lead Menuding                                                                                              Dalam model ini, penulis berkomunikasi langsung dengan pembaca. Ciri-ciri teras ini adalah ditemukannya kata "Anda" yang disisipkan pada paragraf pertama atau di tempat lain. Keuntungannya jelas. Pembaca menjadi bagian cerita. Penyusunan kata-katanya melibatkan Anda dalam cerita itu. Contoh: Bila Anda punya nama "kodian", harap hati-hati. Salah-salah Anda kena cekal, tak boleh ke luar negeri.
h)      Lead Penggoda                                                                                               Teras penggoda ini adalah cara untuk "mengelabui" pembaca dengan bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian pembaca dan menuntunnya supaya membaca seluruh cerita. Kalimat atau kata-kata dalam teras ini biasanya berupa teka-teki agar pembaca penasaran untuk terus membaca. Contoh: Angka yang ditunggu-tunggu itu keluar juga: sekitar 50.
i)        Lead Stakato                                                                                                   Teras yang baik bisa menciptakan "mood". Suasana dibuat seakan licin, halus sehingga enak untuk memasuki alinea berikut. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan menempatkan ungkapan ekspresi atau frasa pembuka yang terkesan menggantung, terputus atau belum selesai. Contoh: Minggu. Saat untuk membuat segalanya berhenti.
j)        Lead Nyentrik                                                                                                 Merasa tidak puas dengan teras yang "begitu-begitu" saja, ada penulis feature yang mencoba membuat teras yang, bukan saja tidak lazim, tetapi sungguh aneh. Tujuannya, apalagi kalau bukan memikat pembaca. Contoh: Hijau sayuran Putihlah susu Naik harga makanan Ke langit biru.
k)      Lead Gabungan                                                                                              Di surat kabar sering ditemukan teras yang merupakan gabungan dari dua atau tiga teras, dengan mengambil unsur terbaik dari masing-masing teras. Teras ini dibuat untuk memperoleh efek ganda yang lebih dramatis. Teras kutipan sering digabungkan dengan teras deskriptif. Contoh: "Bukan salahku bahwa aku belum mati sekarang," kata Fidel Castro dengan senyum lucu.

b.        Jembatan (transisi)
Jembatan bertugas sebagai perantara antara lead dan tubuh. Hal ini berfungsi untuk melukiskan identitas dan situasi dari hal yang akan diceritakan. Tubuh feature berisi situsi dan proses disertai penjelasan mendalam tentang mengapa dan bagaimana. Pada human interest feature, situasi yang dituturkannya disertai pendapat atau pandangan yang subyektif dari penulisnya mengenai situasi yang diutarakan. Tetapi pada bentuk feature ilmiah populer situasi dan proses yang dituturkan tidak disertai pendapat subyektif, melainkan tetap dipertahankan keobyektifitasan pandangannya.

c.    Penutup
Penutup feature berupa alenia berisi pesan yang mengesankan. Suatu Feature memerlukan penutup karena:
a. Menulis feature hampir tak ada alasan untuk terburu-buru dari segi proses redaksionalnya. Editor tidak lagi harus asal memotong dari bawah. Ia punya waktu cukup untuk membaca naskah secara cermat dan meringkasnya sesuai dengan ruangan yang tersedia. Bahkan feature yang dibatasi deadline diperbaiki dengan sangat hati-hati oleh editor, karena ia sadar bahwa kebanyakan feature tak bisa asal dipotong dari bawah. Feature mempunyai penutup (ending) yang ikut menjadikan tulisan itu menarik.
b. Ending bukan muncul secara tiba-tiba, akan tetapi lazimnya merupakan hasil proses penuturan di atasnya yang mengalir. Ingat bahwa seorang penulis Feature pada prinsipnya adalah tukang cerita. Ia dengan hati-hati mengatur kata-katanya secara efektif untuk mengkomunikasikan ceritanya. Umumnya, sebuah cerita mendorong untuk terciptanya suatu "penyelesaian" atau klimaks. Penutup tidak sekadar layak, tapi mutlak perlu bagi banyak feature. Karena itu memotong bagian akhir sebuah feature, akan membuat tulisan tersebut terasa belum selesai.

Beberapa jenis penutup:
a)      Penutup ringkasan. Penutup ini bersifat ikhtisar, hanya mengikat ujung-ujung bagian cerita yang lepas-lepas dan menunjuk kembali ke lead.
b)      Penyengat. Penutup yang mengagetkan bisa membuat pembaca seolah-olah terlonjak. Penulis hanya menggunakan tubuh cerita untuk menyiapkan pembaca pada kesimpulan yang tidak terduga-duga. Penutup seperti ini mirip dengan kecenderungan film modern yang menutup cerita dengan mengalahkan orang "yang baik-baik" oleh "orang jahat".
c)      Klimaks. Penutup ini sering ditemukan pada cerita yang ditulis secara kronologis. Ini seperti sastra tradisional. Hanya saja dalam feature, penulis berhenti bila penyelesaian cerita sudah jelas, dan tidak menambah bagian setelah klimaks seperti cerita tradisional.
d)     Tak ada penyelesaian. Penulis dengan sengaja mengakhiri cerita dengan menekankan pada sebuah pertanyaan pokok yang tidak terjawab. Selesai membaca, pembaca tetap tidak jelas apakah tokoh cerita menang atau kalah. Ia menyelesaikan cerita sebelum tercapai klimaks, karena penyelesaiannya memang belum diketahui, atau karena penulisnya sengaja ingin membuat pembaca tergantung-gantung.
Seorang penulis harus dengan hati-hati dalam menilai ending-nya, menimbang-nimbangnya apakah penutup tersebut merupakan akhir yang logis bagi cerita itu. Bila merasakan bahwa ending-nya lemah atau tidak wajar, ia cukup melihat beberapa paragraf sebelumnya, untuk mendapat penutup yang sempurna dan masuk akal
Tahapan dalam menulis feature yakni: melakukan pengamatan, mencium dan memutuskan sudut pandang berita, memotret, hingga mewawancarai narasumber.
  
2.7 Contoh Feature

Gambar 1. Feature Science
            Feature diatas merupakan jenis feature science. Yakni feature mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan, menggunakan data dan informasi yang memadai. Terdiri dari judul, lead, jembatan, batang, dan penutup. Judul “Kelak Jadi Alternatif Pengganti Benang Impor" memiliki sisi menarik dan memancing pembaca untuk mendalami isinya. Sedangkan lead yang digunakan merupakan lead deskriptif. "Berinovasi dengan tanaman herbal merupakan kegemaran Siti Nurjannah (22), mahasiswa kedokteran hewan Universitas Brawijaya. Ia sudah dua kali mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa dan berhasil memperoleh dana penelitian". Bahasa yang digunakan dalam feature di atas bersifat prosaik namun faktual dan membahas secara detail mengenai temuan mahasiswa UB tersebut. Isinya kronologis dan berurutan, mendeskripsikan suasana serta profil peneliti, dan diselingi beberapa kutipan ucapan narasumber. Setelah itu feature tersebut diakhiri dengan penutup ringkasan.


Contoh lain dari feature yakni:
Janda Pejuang Diberi Cuma Rp50 ribu
Ditonton ribuan pasang mata, dua janda veteran perang gerilya dipanggil lewat pelantang agar memasuki lapangan Ambarita. Pukul 11.00 siang itu, 17 Agustus 2013, pengibaran bendera Merah Putih baru saja kelar dalam upacara peringatan dirgahayu Republik Indonesia.
Salah satu janda pejuang sempat terpinga-pinga setelah pejabat Kecamatan Simanindo menyalamkannya sepucuk amplop putih. “Apa ini, Pak?” tanya dia kepada aparat yang menjabat tangannya.
Dijawab bahwa isi amplop adalah sekadar bantuan dana tali asih bagi janda bekas pejuang kemerdekaan.
“Oh, terima kasih untuk kalian.” Si nenek pun semringah, lalu kembali duduk.
Beberapa birokrat, anggota DPRD Samosir, dan tokoh masyarakat yang duduk di podium bertepuk tangan.
Saya menghampiri kedua istri veteran itu. Terlihat mereka diam-diam membuka amplop. Isinya …, olala! Hanya satu lembar uang pecahan Rp50 ribu.
Ditanya bagaimana perasaannya memperoleh bantuan berupa uang receh, Tiorina Nainggolan (82 tahun), salah satu janda veteran, berkomentar singkat: berapa pun jumlahnya, “Terima kasih kepada pemerintah.”

Suami Tiorina Nainggolan, Martogu Rumahorbo, meninggal pada 1994. Martogu ikut berperang di hutan Harangan Ganjang, Kabupaten Simalungun, sebelum dan sampai tahun 1945. Karena kendala administrasi, Martogu mesti berupaya selama sepuluh tahun sebelum akhirnya mendapat dana tunjangan kehormatan veteran dari negara. Kini istrinyalah, Tiorina, yang mencairkan dana Rp1 juta lebih sedikit itu saban bulan dari kantor pos.
Gambar 2. Feature Kemanusiaan

            Berita di atas termasuk feature kemanusiaan karena mengisahkan kejadian yang menyentuh perasan tentang seseorang. Membuat pembaca merenung dan mendapat hikmah/pembelajaran atau inspirasi. Feature dalam surat kabar lokal tersebut memuat cerita yang tidak biasa diliput oleh wartawan pada umumnya, yang sering luput dari perhatian. Jurnalis tersebut sangat jeli dalam memburu sudut pandang yang nyeleneh dari rutinitas peringatan HUT RI 17 Agustus. Judul yang diciptakan mengundang simpati pembaca. Kemudian feature diawali dengan lead bercerita menggunakan diksi prosaik. Sehingga seolah-olah pembaca benar-benar melihat langsung kejadian berita. Setelah itu dilanjutkan dengan inti yang kronologis dan memuat beberapa kutipan ucapan si nenek janda veteran. Kegigihan penulis feature akan terlihat dari isi berita yang tajam dan menarik. Siapa yang tahu jika isi amplop hanya Rp. 50 ribu jika penulis tidak mendekati narasumber. Berita diposisikan menyentuh pembaca dengan pancingan tanggapan si nenek mengenai bantuan yang hanya recehan tersebut. Sehingga pembaca menangkap suatu nilai kisah yakni tak sebandingnya penghargaan dengan jasa namun ditanggapi dengan ikhlas dan bahagia oleh si nenek. Terakhir, berita ditutup dengan deskripsi si nenek janda veteran.
Kami menangkap pelajaran bahwa penentuan sudut pandang cerita harus ditentukan sebelum memburu berita bukan ketika akan memulai menulis berita. Sehingga data-data yang diperlukan lebih fokus dan pemburuan berita lebih efektif. Penulisan feature ternyata memiliki seni tersendiri dalam pembuatannya.
BAB 3. KESIMPULAN

            Feature adalah tulisan hasil reportase (peliputan) mengenai suatu objek atau peristiwa yang bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan, serta menggugah simpati atau empati pembaca. Penulisan ini tidak terikat oleh 5W + 1H dan tidak terikat waktu. Berbeda dengan berita langsung, Feature dipandang tidak harus sesegera mungkin disampaikan kepada pembaca. Struktur feature terdiri atas judul, lead, jembatan, batang, dan penutup.


DAFTAR PUSTAKA

Asep. 2013. Pengertian, Unsur, dan Jenis-Jenis Feature. Diunduh melalui http://www.rumpunnektar.com/2013/12/pengertian-unsur-dan-jenis-jenis-Feature.html pada tanggal 05 Desember 2014
Jawa Pos. 2014. Limbah di Injeksikan ke Tebing. Ancaman Longsor Menghilang. Jawa Pos
Julian Harris. 2009. The Complete Reporter. Macmillan Publishing: New York
Pasaribu, T. Almando. 2011. Berkarya dengan Teras : Lead. Diunduh melalui http://pelitaku.sabda.org/berkarya_dengan_teras_lead tanggal 13 Desember 2014
Pasaribu, Rondang. 1995. Bagaimana Mengelola Penerbitan Media Sekolah. Yogyakarta: Kaninus
Siahaan, Jarar. 2013. Berita Feature Pendek. Diunduh melalui http://www. nonfiksi.com/2013/12/4.html tanggal 07 Desember 2014
Slamet, Soeseno. 2000. Teknik Penulisan Ilmiah Populer; Kiat Menulis Non Fiksi Untuk Majalah. Gramedia Pustaka Utama
Williamson. 2006. Feature Writing for Newspeper. Hastings House: New York