BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Otitis merupakan inflamasi
telinga yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran, tinitus dan
vertigo. Inflamasi dapat terjadi di saluran telinga luar (otitis eksterna),
telinga tengah (otitis media), dan telinga dalam (otitis interna). Otitis pada
telinga luar sering terjadi karena telinga bagian luar lebih sering kontak
dengan benda asing, bakteri, jamur, ear mites dan air yang kotor. Otitis dapat
ditemukan pada hewan kecil dan hewan besar domestik seperti anjing, kucing,
kelinci, ruminansia, kuda, babi, dan unta. Penyakit ini dapat menyerang segala
usia. Pada kucing, otitis eksterna sering terjadi. Penyakit ini menyerang 2-10
% dari sejumlah kasus penyakit pada kucing. Sebagian besar kasus otitis
disebabkan oleh otodectes.
Penting bagi mahasiswa
kedokteran hewan untuk mengetahui studi kasus otitis. Sehingga dalam makalah
ini akan dijabarkan perihal otitis pada hewan kecil.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
etiologi dari penyakit Otitis?
2. Bagaimana
patofisiologi dari penyakit Otitis?
3. Bagaimana
cara mendiagnosa penyakit Otitis?
4. Apa
terapi yang digunakan untuk penyakit Otitis?
5. Bagaimana
cara pencegahan penyakit Otitis?
1.3
Tujuan
1. Mahasiswa
dapat mengetahui etiologi dari penyakit Otitis.
2. Mahasiswa
dapat mengetahui patofisiologi dari penyakit Otitis.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui cara mendiagnosa penyakit Otitis.
4. Mahasiswa
dapat mengetahui terapi yang digunakan untuk penyakit Otitis.
5. Mahasiswa
dapat mengetahui cara pencegahan penyakit Otitis.
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Otitis
merupakan inflamasi telinga yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya
pendengaran, tinitus dan vertigo. Inflamasi dapat terjadi di saluran
telinga luar (otitis eksterna), telinga tengah (otitis media), dan telinga
dalam (otitis interna).
Otitis eksterna adalah
suatu kondisi medis yang ditandai dengan adanya peradangan dari liang telinga
luar. Liang telinga luar dimulai dari gendang telinga sampai ke telinga bagian
luar. Otitis eksterna umumnya dikenal sebagai Swimmer's ear. Otitis eksterna
pada hewan dibedakan berdasarkan kausanya yaitu otitis eksterna
parasitik dan otitis eksterna non parasitik. Otitis media adalah
suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada telinga tengah.
Telinga tengah adalah bagian sebelah dalam dari telinga yang terletak antara
gendang telinga dan telinga dalam.
Otitis media dibagi
menjadi dua kelas yakni otitis media akut dan kronis. Otitis media akut adalah
peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah dan terjadi
dalam waktu kurang dari 3 minggu yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga
atau gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnya. Otitis media kronis
adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi patologi jaringan irreversible yang disebabkan oleh
episode berulang otitis media akut yang tak tertangani.
Gambar 1. Anatomi telinga anjing
2.2
Etiologi
Secara umum, penyebab
otitis eksterna pada hewan dibedakan menjadi tiga kategori yakni dasar
(parasit, fungi, dermatofit, virus, dsb), rentan (virus immunosupresan,
penyakit sistemik), habitual (bakteri opportunistik). Sumber lain mengatakan
bahwa otitis eksterna parasitik disebabkan oleh Otodectes sp, sarcoptes,
demodex, dan notoedres dengan infeksi
sekunder. Otitis eksterna non parasitik disebabkan Pseudomonas (41%), Streptokokus
(22%), Stafilokokus aureus (15%) dan Bakteroides (11%) Proteus spp,
Pseudomonas sp, Candida spp,
Pitycosporum dan benda asing.
Selain itu faktor
predisposisi lain dari otitis yakni:
a. Kotoran
b. Bulu-bulu
yang terlalu berlebihan dalam telinga anjing akan membuat anjing lebih rentan
untuk mengalami infeksi dan radang telinga. Hal ini akibat dari aliran udara yang berkurang.
Kurangnya sirkulasi udara menciptakan lingkungan yang hangat dan lembab,
sebagai tempat untuk pertumbuhan kuman penyakit.
c. Jamur
yang seringkali menjadi penyebab infeksi telinga anjing adalah Malassezia pachydermatis. Disisi yang berbeda,
infeksi telinga pada anjing akibat bakteri biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus intermedius dan Pseudomonas aeruginosa.
d. Alergi
makanan dan alergi yang disebabkan oleh kutu dapat menyebabkan infeksi telinga
kronis pada anjing. Penyebab lain dari infeksi telinga pada anjing adalah
pertumbuhan tungau telinga infeksi telinga kronis juga dapat terkait dengan
hipotiroidisme.
e. Infeksi
telinga anjing juga dapat disebabkan oleh sekresi berlebihan dan penumpukan
kotoran telinga. Anjing yang suka berenang lebih rentan untuk menderita infeksi
telinga, karena air dapat memberikan lingkungan yang menguntungkan bagi
pertumbuhan bakteri dan jamur.
2.3
Gejala Klinis
Gejala klinis yang
ditunjukkan oleh penderita ostitis yakni:
a. telinga
terlihat tidak nyaman dan sering kali menggoyang/menggeleng-gelengkan kepala,
mencakar-cakar telinga atau menggosok-gosokkan telinga/kepala pada dinding,
atau benda lain.
b. muncul
cairan kotor dan kadang-kadang disertai bau tidak sedap dari dalam telinga.
c. Cakaran
atau goyangan kepala yang terus menerus dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan hematoma (aural hematoma/ otematom) sehingga telinga menjadi bengkak,
terasa hangat bila diraba dan ada penumpukan cairan di bawah kulit telinga.
d. infeksi
telinga mempengaruhi mata
e. Lebih
lanjut, otitis dapat berkembang lebih parah dan mempengaruhi syaraf pendengaran
dan syaraf lainnya. Tanda-tanda lain yang dapat terlihat bisa berupa posisi
kepala atau wajah yang selalu miring-miring dan tidak mampu berjalan mengikuti
garis lurus.
f. Tumor/polip dapat saja tumbuh di
telinga atau saluran telinga. Tumor/polip ini bisa muncul sebagai akibat
infeksi telinga yang berkepanjangan
2.4 Diagnosa
Metoda yang paling
sering dan mudah digunakan adalah memeriksa telinga dengan menggunakan alat
yang disebut otoskop. Dengan alat ini dokter hewan dapat melihat keadaan
telinga bagian luar dan tengah termasuk
saluran telinga. Tes lain yakni dengan cara mengambil kotoran di dalam telinga,
kemudian diperiksa menggunakan mikroskop. Dari kotoran tersebut di diketahui
kondisi dan penyebab radang telinga. Pemeriksaan darah di laboratorium kadang-kadang diperlukan
untuk mendiagnosa otitis yang disebabkan gangguan hormon.
2.5
Patogenesis
a.
Otitsi
eksterna
Anatomi telinga kucing yang berlekuk atau karena sisa
cotton bud saat pembersihan menyebabkan timbunan
air masuk kedalam telinga ketika hewan peliharaan dimandikan (grooming). Kemudian kulit disekitar telingan
akan menjadi basah,
lembab, hangat dan gelap. Berkurangnya
lapisan protektif juga
bisa menimbulkan oedema epitel skuamosa. Akhirnya
dihasilkan cairan eksudat
dan inflamasi pada telinga sehingga timbul keinginan hewan untuk menggaruk
karena gatal yang ditimbulkan. Rasa gatal tersebut memicu terjadinya iritasi,
berlanjut ke infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. Keadaan
trauma lokal ini dapat
mendukung pertumbuhan parasit seperti bakteri,
parasit, jamur dan virus.
Berlangsungnya
masa infeksi dapat menyebabkan perubahan suhu yang signifikan pada kucing dan
mengakibatkan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan pus yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran gelombang suara
menjadi terhambat dan terjadilah penurunan desibel suara.
Gambar 2. Otitis eksterna pada kucing
b.
otitis
media interna
Salah satu patogenesis
dari otitis media interna ialah otitis media supuratif kronik dimana
patogenesisnya belum diketahui secara terperinci, namun dalam hal ini merupakan
stadiumm kronis dari otitis media akut dengan perforasi yang sudah terbentuk
diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus dari telinga. Perforasi
sekunder dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal
perforasi kering. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dari
pada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena
proses peradangan yang menetap atau kekambuhan ini ditambah dengan efek
kerusakan jaringan dan pembentukkan jaringan parut.
Secara umum gambaran
yang ditemukan pada otitis media supuratif kronik ialah adanya perforasi
membrana timpani di bagian sentral. Ukurannya dapat bervariasi. Dalam proses
penyembuhan dapat terjadi penumbuhan epitel skuamosa ke dalam telinga tengah.
Pertumbuhan keadaan ini dapat menutupi tempat perforasi saja atau dapat mengisi
seluruh cavum telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan dapat
mengakibatkan pembentukkan kolesteatom secara sekunder. Dapat pula terjadi terjadi
pembentukkan membrana timpani atrifik dua lapis tanpa unsur jaringan ikat.
Membrana ini cepat rusak pada periode infeksi aktif.
Bervariasinya mukosa
sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang, akan tampak normal kecuali bila
infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa menjadi epitel
transisional. Selama infeksi aktif, mukosa menjadi tebal dan hiperemis serta
menghasilkan mukopurulen. Seusai pengobatan, penebalam mukosa dan sekret mukoid
menjadi menetap dikarenakan disfungsia tuba eustachius. Faktor alergi dapat menjadikan perubahan mukosa secara
menetap.
Tulang-tulang
pendengaran dapat menjadi rusak atau tidak bergantung pada beratnya infeksi
sebelumnya. Processus longsu inkus telah mengalami nekrosis karena penyakit
trombotik pada pembuluh darah mukosa yang mendarahi inkus ini. nekrosis ini
jarang ditemukan pada maleus dan stapes, kecuali jika terjadi pertumbuhan
skuamosa secara sekunder ke arah ke dalam sehingga arkus stapes dan lengan
maleus dapat rusak. Proses ini bukan disebabkan oleh osteomielitis tetapi
disebabkan oleh terbentuknya enzim osteolitik atau kolagenase dalam jaringan
ikat subepitel.
Gambar 3. Otitis media
2.6
Pengobatan
Pengobatan terhadap otitits baik otitis media/interna
serta otitis eksterna menurut Moriello (2013) adalah sebagai berikut:
a.
Otitis
Media/Interna
Pengobatan otitis media ataupun interna akan berhasil
apabila dilakukan sejak dini. Kasus otitis yang bersifat kronis akan
mengakibatkan sulitnya pengobatan atau akan kambuh kembali setelah pengobatan
dilakukan dan hewan sudah tidak menunjukkan gejala klinis. Ketika otitis
eksterna terjadi disertai otitis media / interna, harus dilakukan pemeriksaan
ketat terhadap adanya tungau ataupun benda asing lainnya pada telinga, seperti
adanya kotoran ataupun discharge yang
disebabkan oleh bakteri. Banyak bakteri aerob dan anaerob telah dikultur dari
telinga hewan penderita otitis media / interna atau akibat adanya infeksi yang
disebabkan oleh Malassezia spp dan Pseudomonas spp (pada hewan kecil); Streptococcus suis (pada babi); Streptococcus
spp (pada kuda); Mycoplasma spp (pada
kambing); dan Mannheimia haemolytica, Pasteurella multocida, Histophilus somni, dan Mycoplasma bovis (pada sapi). Selain
itu, beberapa patogen lainnya yang dapat ditemukan dari kultur otitis misalhnya
baketri-bakteri coliform, Staphylococcus
spp, Neisseria spp, corynebacteria, dan Arcanobacterium pyogenes . Isolasi bakteri patogen atau tungau dari
telinga dapat membantu pengobatan di awal infeksi.
Tungau (jika terdapat) harus ditangani dengan agen
antiparasit sistemik yang sesuai. Acaricides topikal dapat diberikan ke dalam
sal;uran telinga luar setelah (teinga luar) dibersihkan. Infeksi bakteri harus
diobati menggunakan antimikroba sistemik
ang sesuai berdasarkan hasil kultur dan kepekaan mikroba.Jika membran timpani
masih utuh, kultur dapat didapatkan dengan melakukan insisi myringotomy menggunakan kateter.
Aspirasi cairan telinga dapat dilakukan, namun apabila tidak mungkin, dapat
dilakukan dengan cara memberikan 0,2 mL air steril ke dalam bulla, selanjutnya
cairan diambil kembali untuk dikultur.
Selain terapi menggunaka antimikroba dan / atau
anthelmintik, saluran telinga eksternal harus dibersihkan dan di-flush jika terjadi otorrhea atau otitis
eksterna; saline fisiologis atau larutan antiseptik seperti iodine,
chlorhexidine, atau hidrogen peroksida, dapat digunakan untuk flushing. Steroid atau NSAID dapat
membantu mengurangi peradangan dan rasa sakit yang terkait dengan otitis media
/ interna. Ulserasi kornea, hematoma aural, dan infeksi yang terjadi secara
bersamaan dengan otitis juga harus diobati dengan tepat, Selain itu hewan harus
dihindarkan untuk melakukan self-injury
(misalnya menggaruk yang berlebihan).
Jika pengobatan menggunakan antimikroba, antihelmintik
dan antiinflamasi tidak menunjukkan hasil yang baik, myringotomy (perforasi membran timpani) dapat dilakukan untuk
mengurangi tekanan dan memungkinkan kultur dan drainase cairan dari rongga
timpani. Dalam kasus-kasus kronis, diperlukan osteotomy bula atau ablasi kanal
telinga total untuk membuat drainase yang memadai dan memungkinkan lavage yang efektif. Tabung tympanostomy dapat ditanamkan ke dalam
membran timpani setelah myringotomy
untuk memungkinkan drainase yang berkelanjutan.
Diagnosis dan pengobatan otitis media / interna dini
dapat mengakibatkan resolusi lengkap dari infeksi dan tanda-tanda klinis.
Namun, dengan kasus yang parah, kronis, atau tidak responsif, harus
diperhatikan adanya defisit neurologis dan gangguan pendengaran dapat bertahan
bahkan jika infeksi teratasi. Pada hewan kecil, otitis media dapat diterapi
hanya dengan operasi (abalation saluran telinga total), terutama jika bakteri
resisten yang menginfeksi
b.
Otitis
Eksterna
Pengobatan dapat diawali dengan melakukan anamnesa
untuk mengetahui penyebab terjadinya otitis eksterna untuk menentukan apakah
pengobatan, penyebab primer, sekunder, maupun faktor predisposisi perlu
diperhatikan (diidentifikasi, dan diobati). Pengobatan terhadap nyeri atau
pruritus yang ditimbulkan harus disertakan dalam serangkaian pengobatan pada
tahap awal. Tramadol dapat diberikan pada 5 – 7 hari pertama dengan dosis 5 mg
/ kg (PO, tid) akan cukup membantu. Selain itu, otitis eksterna adalah salah
satu kondisi dermatologi sehingga dalam hal ini glukokortikoid digunakan secara
bersamaan dengan antimikroba. Glukokortikoid menurunkan pembengkakan pada
saluran telinga dan dapat menjadi salah satu kunci keberhasilan pengobatan.
Prednison atau triamcinolone paling sering digunakan. Jangka waktu tergantung
pada berat hewan penderita. Kebersihan telinga merupakan satu hal yang cukup
penting; khususnya, rambut dari daerah pra dan periauricular harus dipotong,
serta rambut dari permukaan pinnae
dalam. Hal ini akan memudahkan pembersihan dan pengobatan pada telinga.
Pengobatan yang efektif adalah dengan terapi
antimikroba baik topikal maupun sistemik, bersama dengan pereda nyeri dan
glukokortikoid. Lamanya pengobatan bervariasi dari 7-10 hari hingga lebih dari
30 hari, tergantung pada diagnosis. Dalam pengobatan otitis externa akut (karena
bakteri), agen antibakteri dalam kombinasi dengan kortikosteroid dapat
mengurangi eksudasi, nyeri, bengkak, dan sekresi kelenjar.
Terapi sistemik harus dilakukan pada kasus otitis
eksterna, terutama apabila diduga terjadi otitis media. Kegagalan terapi
menggunakan antimikroba sistemik merupakan penyebab penting penyakit telinga
kronis pada anjing. Antibiotik sistemik harus digunakan apabila neutrofil atau
bakteri nbentuk batang (bacil)
ditemukan pada hasil pemeriksaan sitologi, dalam kasus kegagalan terapi dengan
agen antimikroba topikal, infeksi telinga berulang (bersifat kronis), dan dalam
semua kasus otitis media. Infeksi jamur pada anjing dapat diobati dengan
ketoconazole 5 mg / kg / hari (PO) selama 15 – 30 hari. Ketoconazole tidak
boleh digunakan pada kucing; itrakonazol 2 – 3 mg / kg / hari selama 15 – 30
hari.
Jangka waktu pengobatan bervariasi tergantung pada
kasus yang terjadi pada msing-masing individu, tetapi harus dilakukan terus s
infeksi teratasi berdasarkan pemeriksaan ulang sitologi serta hasil kultur.
Hewan dengan infeksi bakteri dan jamur harus diperiksa secara fisik, dengan
dievaluasi mengguanakan pengujian sitologi setiap minggu sampai tidak ada bukti
adanya infeksi. Untuk kasus yang paling akut, terapi memerlukan waktu 2 – 4 minggu.
Kasus kronis memerlukan waktu berbulan-bulan untuk menyembuhkan secara total,
dan dalam beberapa kasus, terapi harus dilanjutkan tanpa batas.
Methicillin-resistant
Staphylococcus intermedius
dan Pseudomonas otitis (disebabkan
oleh Pseudomonas aeruginosa) adalah
penyebab otitis yang sulit untuk dihilangkan karena perkembangan resistensi
terhadap antibiotik yang palng umum digunakan. Infeksi sering bersifat kronis
dalam sebagian besar kasus yang terjadi (labih dari 2 bulan) dan ditandai
dengan eksudasi supuratif, ulserasi epitel yang cukup parah, nyeri, dan edema
dari kanal. Keberhasilan pengobatan cukup bervariasi dan harus mencakup
langkah-langkah berikut: 1) mengidentifikasi penyebab utama dari otitis dan
mengelolanya, 2) menghapus eksudat melalui irigasi dari saluran telinga, 3)
mengidentifikasi dan mengobati otitis media secara bersamaan, 4) memilih
antibiotik yang sesuai berdasarkan hasil kultur dengan tujuan menghambat
perkembangan organisme dan menggunakannya pada dosis yang efektif serta durasi
yang tepat, dan 5) memberikan pengobatan secara topikal dan sistemik sampai
infeksi berhasil dihilangkan secara total (minggu hingga bulan).
Pengobatan terbaik otitis kronis adalah dengan
melakukan pencegahan. Selain mengidentifikasi penyebab otitis akut, obat
sistemik dan/atau topikal harus dipilih berdasarkan hasil pemeriksaan sitologi
atau kultur; obat yang digunakan harus berspektrum sempit dan spesifik.
Aminoglikosida dan antibiotik fluorokuinolon tidak boleh digunakan kecuali
benar-benar diperlukan. Akan tetapi, banyaknya produk topikal yang mengandung
kombinasi glukokortikoid, antibiotik, dan obat antijamur, sangat penting untuk
mendidik pemilik mengenai penggunaan yang tepat (frekuensi dan durasi).
Polimiksin B dan antibiotik fluorokuinolon telah menunjukkan keberhasilan
terbaik dalam mengendalikan infeksi Pseudomonas
dalam kasus di mana resistensi telah diidentifikasi melalui kultur. Namun,
resistensi berkembang untuk fluoroquinolones.
2.7
Prognosis
Prognosis pada kasus otitis eksterna maupun media/interna cukup baik,
akan tetapi prognosis bergantung pada
penyebab pasti terjadinya otitis. Pada sebagian besar kasus, otitis biasanya
memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan pengobatan secara rutin. Kasus
kronis biasanya membutuhkan perawatan untuk mengatasi sepenuhnya.
Dengan diagnosa penyakit yang tepat, pembersihan telinga secara rutin dan
pengobatan yang tepat dan segera, dalam waktu 2 minggu sebagian besar kasus
infeksi telinga dapat sembuh dan kembali seperti semula. Beberapa kasus otitis
yang disebabkan oleh alergi, gangguan hormon atau sistem kekebalan tubuh, lebih
sulit ditangani dan memerlukan waktu agak lama untuk mendiagnosanya. Jika
infeksi telah berlangsung lama dan parah, ada kemungkinan kemampuan pendengaran kucing tidak dapat
kembali seperti semula.
2.8
Pencegahan
Pencegahan baik otitis media/interna amupun otitis
eksterna dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan telinga, apabila diperlukan
dapat dilakukan pemotongan rambut area telinga untuk memudahkan membersihkan
telinga serta untuk menghindari adanya tungau yang bersarang pada telinga.
Selain itu kebersihan area kandang juga perlu diperhatikan agar kemungkinan
adanya mikrooprganisme atau benda-benda yang dapat menembus teling dan
menyebabkan otitis.
BAB
III
STUDI
KASUS
Seekor kucing dibawa
pemiliknya ke klinik dengan keluhan sering menggaruk telinga dan muncul cairan
busuk dari lubang telinga. Gejala klinis yang ditemui yakni kucing sering
menggelengkan kepala, memiringkan kepala, dan telinga terlihat bengkak. Selain
itu jika diraba pada pangkal telinga, kucing akan marah. Dokter hewan
mendiagnosa otitis.
DAFTAR
PUSTAKA
Ainul
M. 1998. Tesis Faktor Predisposisi yang
Mempengaruhi Kejadian Omsk Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi. FK USU,
Medan.
Degi, J. 2007. Otitis Externa In
Cats-Epidemiologycal Study. Lucrări stiinłifice medicină veterinară vol.
Xl: Timisoara
Moriello,
Karen A. 2013. Overview of Otitis Media
and Interna. Di unduh dari http://www.merckmanuals.com/vet/eye_and_ear/otitis_media_and_interna/overview_of_otitis_media_and_interna.html
tanggal 14
Oktober 2014
Robert. 2010. Feline Otitis:
Diagnosis and Treatment. Auburn University
Roxana. 2007. Epidemiological studies
of otitis externa at Carnivores. Lucrări stiinłifice medicină veterinară
vol. Xl: Timisoara
LAMPIRAN
PERTANYAAN DAN JAWABAN
- Pertanyaan:
1.
Muh.
Husni Rifai
Mitos
atau Fakta, ear Treameng dapat menghindari Otitis?
2.
Eka
Nora Vitaloka
Bagaimana
otitis dapat mempengaruhi mata? Kapan terjadinya?
3.
Veronika
Julie
Apa
spesies yang biasa menyerang?
Bagaiman
bisa menyebabkan vertigo?
B. Jawaban
1. Fakta,
Manfaat dari tindakan
ear trimming selain untuk kosmetika, terapi pasca kecelakaan, tumor, dan lesi
adalah untuk mengurangi tingkat penderitaan pada
hewan dari infeksi saluran pendengaran. Dengan ear trimming,
telinga hewan dapat dibentuk agar tidak menutup lubang telinga sehingga terjaga
kebersihan (mudah dibersihkan)
dan terjaga kelembabannya.
2.
Gambar 1. Infeksi telinga yang mempengaruhi mata
Adanya komplikasi polip atau inflamasi yang parah dapat menekan
bagian otak lainnya, yaitu saraf wajah (saraf trigeminal yang menghubungkan
mata, mulut dan rahang). Selain itu, otitis dapat berkembang lebih parah dan mempengaruhi syaraf pendengaran
(auditori) dan syaraf lainnya termasuk syaraf yang mempengaruhi mata (optik,
okulomotor, troklear) karena letaknya yang berdekatan di otak. Alasan lain
yakni penyebab otitis yang dapat menjalar pada mata (virus, bakteri, fungal,
alergen) sehingga terjadi inflamasi mukosa mata.
3. Spesies
yang biasa menyerang otitis eksterna parasitik yaitu Malassezia spp dan Pseudomonas
spp (pada hewan kecil); Streptococcus
suis (pada babi); Streptococcus spp (pada kuda); Mycoplasma spp (pada kambing); dan Mannheimia haemolytica, Pasteurella multocida, Histophilus somni, dan
Mycoplasma bovis (pada sapi). Selain itu, patogen lain yang dapat ditemukan
pada kultur otitis adalah bakteri coliform, Staphylococcus spp, Neisseria spp, corynebacteria, dan Arcanobacterium
pyogenes
Gambar 2. Posisi kepala miring karena salah satu telinga mengalami
infeksi
Otitis
dapat berkembang lebih parah dan mempengaruhi syaraf pendengaran dan syaraf
lainnya. Tanda-tanda lain yang dapat terlihat bisa berupa posisi kepala atau
wajah yang selalu miring-miring dan tidak mampu berjalan mengikuti garis lurus. Adanya serangan vertigo (perasaan
berputar) mendadak adalah akibat peradangan pada saraf yang menuju ke kanalis
semisirkularis. Hal ini karena otitis akan menyebabkan komplikasi labirintitis
(infeksi pada kanalis semisirkuler)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar